Sponsors

Rabu, 20 November 2013

Harapan dan Kenyataan Maryamah Karpov


Baru-baru ini saya dikejutkan dengan beragam komentar di milis buku tentang karya Andrea Hirata terakhir yang berjudul Maryamah Karpov, dimana sebuah harapan dan kenyataan sangatlah berbeda jauh. Bahkan timpang antara bumi dan langit. Judul yang menjadi topik tulisan serasa hambar, karena itu hanyalah sebuah permainan dari sebuah penerbit atas dasar kepopuleran. Sungguh hal ini membuat banyak orang dibuat membara ketika membaca novel ini.

Beberapa orang bahkan tidak mau melanjutkan novel ini dalam beberapa bab saja, ada lagi yang mencak-mencak isi dari buku ini hanyalah bualan omong kosong tak berisi, bahkan ada beberapa orang yang akan memboikot produk Bentang Pustaka (Nah lho, ngeri gak tuh?…). Apapun masalahnya, ini semua terletak pada permainan harapan yang disajikan penerbit ketika akan melaunching buku ini. Janji-janji dan isi tidak sesuai, bahkan timpang sangat jauh. Para pembaca seperti menemukan prilaku caleg ketika akan menduduki kursi MPR/DPR. Sungguh ini semua menjadi persoalan serius ketika sebuah harapan berbeda kenyataan.

Meski begitu di sisi lain, saya merasa senang, karena publik Indonesia sudah mulai kritis terhadap sebuah bacaan. Ini menandakan sebuah kemajuan pesat dari sebuah pemikiran bangsa akan sebuah kualitas dari tulisan. Dan ini juga membuat mata kita tersadar bahwa tidak semua nama besar menjamin sebuah mutu. Artinya pilihan nama besar tidak bisa dijadikan jaminan mutu sebuah produk, meski di kala sebelumnya sudah teruji bahwa produk yang dihasilkan baik. Ingat Andrea Hirata juga manusia biasa, jadi sangatlah wajar jikalau ia melakukan kesalahan dalam sebuah penulisan. Meski sebenarnya kesalahan tersebut adalah sebuah kefatalan yang tidak perlu dilakukan. Sebab karya terakhir ini adalah karya pamungkas yang seharusnya menjadi penutup manis dari sebuah karya.

Meski karya terakhir ini melunturkan dirinya, saya tetap angkat topi untuk beliau. Sebab di karya terakhirnya-meski tidak sebaik tiga karyanya-mampu menjadi fenomena tersendiri dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan pecinta buku. Karya kita saja belum tentu bisa menjadi buah bibir secara berkala. Jadi bisa dibilang karya terakhir ini sukses menjadi sebuah pengingat, meski tidak sukses secara kualitas.

Selamat buat anda yang kritis melihat karya ini, selamat juga buat Andrea yang telah berhasil menyihir sebuah buku menjadi sebuah konsumsi wajib untuk dibaca. Tanpa dia, ranah sastra kita, tidak mungkin seramai ini. Terakhir selamat untuk penerbit yang sudah membuai harapan dengan sebuah kenyataan yang tak pantas, karena dari kasus ini mata kita bisa menjadi lebih kritis lagi dalam menilai karya yang dihasilkan penerbit anda.

Salam Inspirasi

Irawan Senda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar